Snippet

RP. 80.000
"Totoang Made in Karawang"..totoang adalah sebutan yang biasa dipakai orang karawang untuk menyebut jalan yang berada di tengah-tengah antara 2 kampung/tempat yang mana dikiri dan kanannya berupa sawah, kebun atau lahan kosong. Fungsi nya  sebagai secara umum selain merupakan jalur transportasi,  juga biasa digunakan untuk aktifitas lain sehingga seolah menyatu dengan ritme kehidupan sehari-hari.

RP. 80.000
Agak sulit menemukan ikon karawang tempo dulu, sebagian orang karawang mungkin akan menunjuk beberapa tempat bersejarah seperti monumen, tempat ziarah atau makam bupati Karawang masa-masa awal. tetapi ketika mencoba mengingat moda transportasi "jadul" di Karawang, mungkin "mikro" lah yang paling tepat untuk dijadikan rujukan. Mikro adalah alat transportasi karawang tempo dulu yang cukup populer, angkutan ini menjadi primadona angkutan pada masanya, dan menjadi andalan masyarakat karawang dalam bepergian. 
Dari beberapa sumber yang didapat angkutan ini beroperasi di karawang sekitar tahun 1963-an, yang pada awalnya mobil keluaran mercedes benz ini merupakan angkutan resmi para atlet Asian Games  Jakarta tahun 1962. disebut "mikro" yang berarti kecil, karena bentuknya yang tidak lebih besar dari kendaraan seperti bus dan sejenisnya. bentuknya yang unik dengan  hanya mempunyai satu pintu di depan serta mesin berkualitas produksi perusahaan ternama dari jerman serta bangku penumpang yang nyaman cukup membuat nyaman bagi siapa pun yang pernah menaikinya.
    seiring berjalannya waktu mikro pun akhirnya hilang dan tergantikan dengan angkutan lain yang lebih modern. entah kapan tepatnya terakhir mobil ini masih menyusuri jalanan karawang, dari awalnya melayani trayek jauh jakarta-karawang, kemudian beralih melayani jarak menengah karawang-cikampek, semakin tersisih dengan hanya menempuh trayek bojong-johar, akhirnya mikro pun "dikandangkan" dan menghilang dari peredaran. sekitar tahun 2000-an mungkin bisa dikatakan akhir pengabdian dari kendaraan unik ini, beruntunglah bagi sebagian orang yang pernah mengalami interaksi dengan mikro walaupun kini hanya tinggal kenangan.
"in memoriam mikro"

RP. 80.000
"hirup jiga orsel kadang diluhur kadang dihandap" yang artinya hidup seperti komedi putar kadang dibawah kadang diatas. Orsel adalah sebutan masyarakat karawang untuk permainan "komedi putar". Orsel yang dikenal tempo dulu digerakkan menggunakan tenaga manusia dengan cara dikayuh atau di putarkan oleh beberapa orang, sebelum akhirnya digantikan dengan tenaga mesin yang lebih modern. Walaupun hanya sebagai alat bermain (hiburan) ternyata "orsel" memiliki makna filosofis tentang kehidupan. Secara umum gerakan orsel yang berputar dari bawah ke atas kemudian kembali turun mereflesikan suatu siklus kehidupan, bahwa dalam hidup kadang kita berada di atas secara materi, status dan lainnya, akan tetapi semua itu bisa berbalik 360 derajat kembali di bawah. Orsel bagian dari kehidupan, kehidupan pun laksana orsel.


RP. 80.000
DEHONG singkatan dari gede bohong, merujuk pada orang yang biasa suka berbohong atau besar omong. sebagaimana ditemukan di daerah lain, sebagian masyarakat karawang pun kerap membuat singkatan-singkatan dalam pergaulan sehari-hari. penggunaan singkatan selain berfungsi untuk menyederhanakan istilah, juga menjadi tren tersendiri yang menjadikannya unik sangat berciri khas bahasa karawang.


RP. 80.000
kata jorweh akan sangat akrab kita dengar di karawang, kata ini gunakan sebagai bentuk penolakan terhadap perintah atau ajakan..karena begitu kuatnya dan betapa seringnya kata ini digunakan dalam keseharian masyarakat karawang,  maka kami menggunakan identitas bahasa sunda karawang ini sebagai brand image kami.



RP. 80.000
Agak sulit dilacak sejarah munculnya istilah Goyang Karawang, bahkan ada beberapa versi yang membahas latar belakang  mengapa istilah ini diatributkan pada kota karawang. Salah satu cara untuk bisa mendekati pemahaman istilah ini adalah dengan menilik kondisi Karawang sebagai salah satu lumbung padi nasional. salah satu bagian dari mengolah padi ada yang dinamakan proses menumbuk padi, yaitu suatu kegiatan memisahkan hasil panen secara manual dengan cara menumbuk gabah agar terpisah dari kulitnya sehingga menghasilkan beras. 
Dalam menumbuk padi agar sampai menjadi beras, waktu itu masyarakat menggunakan alat alu dan lesung. Biasanya kaum perempuan yang mengerjakan proses ini secara bersama-sama/kolektif. Dalam proses pemisahan antara beras dan gabah setelah ditumbuk disebut nginter (b.sunda) yaitu sebuah gerakan tubuh perempuan pada posisi berdiri sambil menggerak-gerakan nyiru (alat untuk menampi yang terbuat dari anyaman bambu), berisi kira-kira 90% beras dan 10% gabah (pada fase ini gabah tersebut dengan distilahkan khusus menjadi serah) dengan maksud biji yang masih berbentuk gabah/serah terpusat di tengah nyiru lalu biji gabah/serah yang sudah terpusat di tengah nyiru tersebut di (rawu/diambil dengan kedua telapak tangan) dan dipisahkannya dari biji beras untuk kemudian ditumbuk kembali. Nah, dalam proses nginter ini lah (terdapat gaya sentrifugal/berlawanan arah) ketika kedua tangan menggerakan nyiru berputar kearak kiri maka secara otomatis tubuh berputar tetap ke arah kanan, dengan tubuh sedikit condong kedepan maka tampak sekali pinggul bergoyang secara kontinyu 
Kebiasaan lainnya, pada saat perempuan-perempuan desa menyelesaikan pekerjaan penumbukan, mereka melakukan pemukulan lesung dengan alu masing-masing secara teratur dan berirama sehingga mengeluarkan suara yang enak di dengar sambil sebagian dari mereka melagukan kawih-kawih sunda dan sebagian menari. Diduga dari sinilah kemudian muncul istilah "goyang karawang" yang selanjutnya berkembang menjadi kegitan kesenian identiknya adalah tarian jaipongan khas karawang.

RP. 80.000
Sesuatu yang unik dan khas, kadang tidak terlahir secara orisinil dalam arti yang sesungguhnya. ia bisa lahir dari suatu proses percampuran atau mengalami pengaruh dari luar yang kemudian secara alamiah dan dengan cara yang kreatif muncul menjadi identitas baru. ini bisa dilihat dari populernya istilah "harim" dan "rejal" di kalangan generasi muda Karawang.
harim digunakan untuk menyebut kalangan wanita, walaupun secara bahasa tidak ada kesepadanan makna yang tepat dengan bahasa arab yang diyakini asal kata diambilnya istilah ini. adapun "rejal" secara bahasa diartikan untuk menunjuk sesorang dengan jenis kelamin pria, meskipun pengucapan yang sebenarnya adalah "rijal" bentuk jamak dari "rojul" yang berarti laki-laki.
Tidak diketahui secara jelas siapa yang awalnya mempopulerkan kedua istilah ini, namun dapat dipastikan istilah "harim" dan "rejal" muncul pada tahun 80-an yang biasa digunakan dalam pergaulan muda-mudi karawang.  dewasa ini kedua istilah ini masih cukup sering digunakan dan bahkan mengalami perkembangan makna, dimana istilah harim digunakan untuk menyebut pasangan (pacar/gebetan) perempuan sementara rejal pun sama digunakan untuk menyebut pasangan laki-lakinya.


Rp. 80.000